Injil Menurut Steve Jobs
Steve Jobs kembali menarik perhatian dunia, kali ini bukan karena inovasinya tapi karena sang inovator Apple itu telah meninggal dunia. Jutaan orang bahkan lebih mengekspresikan dukacitanya. Mulai dari Presiden Obama sampai selebritis dan terutama pemakai dan pecinta produk Apple. Salah seorang remaja memberikan koment yang mengejutkan menurut saya di FB,”My life would be sucks without Apple”. Ooops seorang remaja ini ternyata hidupnya bergantung sekali dengan produk Apple!
Tidak diragukan lagi pria bernama lengkap Steven Paul Jobs ini dalam kepemimpinannya membawa revolusi yang luar biasa dalam media digital. Dengan kreativitas dan kharismanya sebagai CEO Apple membuat Apple mengungguli produk-produk yang lainnya. Kecanggihann produk-produk Apple itu bisa dengan mudah,praktis dan nyaman digunakan oleh siapa saja. Mulai dari anak kecil sampai nenek-nenek bisa memakai Ipad dengan mudah dan nyaman. Apple bukan hanya suatu produk semata tapi sudah menjadi lifestyle tersendiri bagi penggemarnya. Daya tarik dan kemudahan teknologi yang ditawarkan membuat orang rela mengantri dan memburu produk barunya. Termasuk di dalamnya seorang remaja China rela menjual ginjalnya demi mendapatkan produk Apple!
Di satu sisi, kelebihan dan keunggulan Apple digunakan juga sebagai media untuk pengabaran Injil. Di Amerika para hamba Tuhan mengapresiasi karya Steve Jobs. Pastor Greg Laurie mengatakan bahwa Steve Jobs membuka jalan bagi banyak orang untuk mendengarkan Injil. R. Albert Mohler Jr., president of Southern Baptist Theological Seminary mensyukuri karya dan kontribusi Steve Jobs. Sebagai orang Kristen menurutnya harus mengapresiasi bakat dan kontribusi Steve Jobs. Diakuinya bahwa produk Apple itu telah menginvasi rumahnya entah itu laptop Apple, Ipad, Itunes, Iphone yang digunakannya dalam pelayanan dan aktifitas sehari-hari.
Kelebihan Steve Jobs juga adalah dia mampu menjadi seorang motivator yang ulung tidak hanya untuk perusahaannya. Motivasi yang dia pernah sampaikan dalam sebuah Graduation sangat inspiratif dan brilyan serta dikutip di mana-mana. Dia memberi message yang tidak akan terlupakan. Dengan kata lain dia menjadi 'penginjil' dengan caranya sendiri. Tahun 2005 setelah didiagnosis kanker dia memberikan suatu speech yang sangat inspiratif dalam acara Graduation Stanford University:
Ketika saya berusia 17 tahun, saya membaca sebuah kutipan bertuliskan 'jika kamu hidup setiap hari seperti hari terakhirmu, maka hal yang dilakukan adalah hal-hal yang benar'. Kutipan tersebut sangat berkesan bagi saya. Semenjak itu saya selalu berkata pada diri saya: 'jika hari ini merupakan hari terakhir dalam hidup saya, maka hal apa yang akan saya lakukan hari ini?' Saya tahu bahwa ada sesuatu yang perlu diubah
Mengingat bahwa saya akan segera meninggal merupakan alat yang penting bagi saya untuk membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup. Karena semua hal; entah itu harga diri, takut akan gagal, akan hilang di hadapan kematian. Dengan mengingat bahwa akan meninggal dunia merupakan cara terbaik bagi saya untuk menghindari jebakan-jebakan pemikiran. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hatimu sendiri.
Mengingat bahwa saya akan segera meninggal merupakan alat yang penting bagi saya untuk membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup. Karena semua hal; entah itu harga diri, takut akan gagal, akan hilang di hadapan kematian. Dengan mengingat bahwa akan meninggal dunia merupakan cara terbaik bagi saya untuk menghindari jebakan-jebakan pemikiran. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hatimu sendiri.
Latar belakang Kristen Lutheran-nya saya percaya menginspirasi kata-katanya. Steve dibesarkan dalam latar belakang Kristen Lutheran dan dibaptis dalam Gereja Lutheran tapi dewasanya dia beralih menjadi penganut Budha. Nasihatnya tentang bagaimana menjalani hidup seperti hari terakhir bernuansa Kristiani. Tapi kebenaran yang harus kita miliki sebagai orang yang percaya adalah : “Hiduplah seperti Kristus akan datang pada besok hari”. Atau lebih singkat lagi seperti yang dikatakan oleh Jimmy Carter : “Hiduplah seakan-akan kamu hendak bertemu Kristus pada sore ini!”. Pertanyaan yang patut jadi refleksi bagi kita semua,"Lalu apa yang sudah saya lakukan untuk menyambut Kristus?" Hal terbaik apa yang sudah saya usahakan untuk diberikan kepada Raja Segala Raja? Dan hal-hal apa yang harus saya ubah bukan dengan tujuan untuk membuat diri kita lebih baik tapi untuk semakin memuliakan Tuhan?.
Setiap kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang bukan saja berdampak pada sepanjang hidup kita tapi berdampak kekekalan. Pertanyaannya, pilihan cerdas apa yang sudah kita ambil dan pilihan apa yang nantinya tidak akan membuat kita menyesal di kemudian hari atau menyesal selama-lamanya.
Steve selanjutnya mengatakan:
Tak ada seorang pun yang ingin meninggal. Bahkan orang-orang yang ingin masuk surga juga tidak ingin mati untuk menuju ke sana. Namun kematian merupakan tujuan dari kita semua. Tidak ada yang bisa menghindari kematian, dan memang seharusnya seperti itu, karena kematian merupakan salah satu penciptaan terbaik dalam konsep Kehidupan. Hidup adalah sebuah agen perubahan: menghilangkan yang tua untuk memberi jalan untuk yang muda. Saat ini Anda muda, namun tidak lama kemudian Anda kan menjadi tua dan mati. Maaf sedikit dramatis, tapi hal itu memang benar.
Hidupmu itu sangat terbatas, jadi janganlah disia-siakan. Jangan terjebak dalam dogma. Jangan biarkan pendapat orang lain menenggelamkan pendapat pribadimu. Dan yang terpenting adalah miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu, karena mereka akan segera mengetahui 'kamu akan menjadi apa'.
Hidupmu itu sangat terbatas, jadi janganlah disia-siakan. Jangan terjebak dalam dogma. Jangan biarkan pendapat orang lain menenggelamkan pendapat pribadimu. Dan yang terpenting adalah miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu, karena mereka akan segera mengetahui 'kamu akan menjadi apa'.
Di sini kembali Steve Jobs menyuarakan tentang pentingnya kesadaran akan kematian. Pertama dia mengatakan bahwa kesadaran akan kematian membuatnya merasa penting untuk membuat pilihana-pilihan besar dalam hidup. Dia jelas memberikan suatu clue tentang betapa terbatasnya hidup dan adanya kesadaran akan kematian. Ini penting. Kita semua akan menjadi tua dan mati serta jangan sia-siakan hidupmu. Amin, saya setuju dengan kalimat ini. Berikutnya dia menyatakan bahwa kematian itu adalah suatu penemuan terbesar karena akan menggantikan yang lama. Entahkah dia percaya kehidupan kekal setelah kematian atau tidak tapi hal itu sekaligus menegaskan bahwa kematian itu akan membawa pada suatu kehidupan yang baru, dalam keyakinan kita orang percaya, itulah kehidupan kekal.
Ungkapannya yang brilian kembali nampak dalam hal bagaimana untuk tidak menyia-nyiakan hidup, menunjukkan apa yang terbaik dalam hal ini mengejar ekselensi. Maksimalkan hidupmu saat ini. Berikan yang terbaik. Tidak usah merisaukan pendapat orang yang penting fokus pada tujuan.
Tapi harus hati-hati juga jangan fokus hidupnya hanya untuk hidup di dunia ini. Ingat, kita masih akan melanjutkan hidup dalam kekekalan. Ungkapannya tentang mengikuti kata hati sangat kental dengan ajaran Buddhis. Mengikuti kata hati jelas mengandung bahaya kalau kita menjadikannya sebagai patokan utama hidup kita.
R. Albert Mohler mengingatkan bahwa kita harus menilai hidup berdasarkan dampaknya terhadap kekekalan. Produk-produk Apple suatu saat akan ketinggalan zaman. Ipod 2001 saja sudah dianggap kuno, apalagi Macbook yang jaman dahulu. Foundernya juga sudah meninggal. Lalu bagaimana kita memandang hidup ini? Mari kita lihat ucapan seorang yang juga bernama Paul dari Tarsus atau dikenal dengan sebutan Rasul Paulus.
Sekitar lima tahun sebelum kematiannya, dari balik penjara Roma dia mengucapkan nasihat-nasihat praktis bagaimana menjalani hidup dan menggunakan waktu dengan bijaksana di dalam perspektif kekekalan:
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Efesus 5:15-17
Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Efesus 6:10
Perhatikan juga sikap Paulus menghadapi kematiannya. Kata-katanya bukan hanya inspiratif tapi powerful, penuh dengan keyakinan dan pengharapan yang sangat kuat:
"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita. Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. " 2 Korintus 5:1-8
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan ." Filipi 1:21
" Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. " 2 Timotius 4:6-8
keren blog nya....
ReplyDeleteThanks so berkunjung di blog ini :)
ReplyDelete