Berbahagialah Orang yang Berdukacita
Berbahagialah orang yang berdukacita atau berbahagialah orang yang menangis... Ucapan Yesus ini sangat kontradiksi dengan pandangan umum yang menilai orang yang bahagia itu harus senang, tidak boleh ada dukacita. Pandangan sebagian orang Kristen juga sama : Mengikut Tuhan itu kudu mesti bersukacita, ada “Haleluya” atau ada “sukacita”. Seakan berdukacita itu menjadi sesuatu yang dianggap kurang beriman atau bukan murid Tuhan sejati. Tapi ini mengejutkan kita karena Tuhan Yesus sendiri disebutkan sebagai seorang yang " penuh kesedihan dan yang biasa menderita kedukaan." Yesaya 53:3. Yesus tahu apa arti kesedihan dan dukacita yang sesungguhnya.
Di dunia ini banyak alasan orang berdukacita. Ada orang yang menangis karena ditinggal oleh teman atau kekasihnya, ada koruptor yang menangis karena hartanya disita, ada yang menangis karena kehilangan barang kesayangan. Ada juga orang yang menangisi kepergian Steve Jobs. Tapi tidak semua dukacita atau kesedihan itu disebut berbahagia dan diberkati oleh Tuhan Yesus. Lalu dukacita yang seperti apa? Sedih, iya tapi dukacita di sini bukan sekedar kesedihan biasa. Dukacita yang dimaksud Tuhan adalah dukacita yang berhubungan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Dukacita ini adalah suatu kondisi seseorang yang hancur hatinya, kata yang dipakai dalam Septuaginta menunjukkan seseorang yang berdukacita karena kematian seseorang atau dukacita karena dosa. Jadi ada nuansa berkabung yang teramat dalam di sini. Hatinya menjadi benar-benar remuk dan dan jiwanya dilanda duka nestapa. Ini sama seperti tangisan seorang ayah yang kehilangan anak yang dikasihinya. Seorang ayah yang kuat menjadi hancur karena duka yang teramat dalam.
Berdukacita di sini adalah dukacita Ilahi. Dukacita yang muncul karena melihat sesuatu melalui cara pandang Allah. Ada beberapa jenis dukacita Ilahi:
Pertama : Berdukacita atas dosanya sendiri. Seperti Daud yang jiwanya hancur dan berdukacita karena perbuatan dosanya. Dukacita ini muncul karena seseorang menyesali sedalam-dalamnya atas segala dosa yang dia lakukan melawan Allah. Dukacita ini muncul karena orang itu menyadari bahwa sikap dan perbuatannya telah mendukakan hati Allah sehingga membuat dia berbalik kepada Allah. Dukacita ini adalah dukacita pertobatan. 2 Korintus 7:10, "Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian."
Dukacita pertobatan akan membawa pengharapan karena tidak seperti dukacita dunia yang membawa kematian, dukacita pertobatan membawa keselamatan.
Kedua : Berdukacita atas dosa-dosa umat Allah. Ezra menangisi dosa-dosa umat Allah yang sudah mendapat anugerah Tuhan, yang sudah kembali dari pembuangan karena dibebaskan Tuhan tapi ternyata kembali gemar berbuat dosa. Mereka tidak belajar dari dosa generasi mereka sebelumnya yang dosanya mendatangkan murka Tuhan sehingga membuat mereka terbuang di Pembunagan di Babel. Ezra bersedih karena umat Allah masih bermain-main dengan dosa, dengan sengaja mempermainkan anugerah Tuhan.
Paulus jua berduka melihat jemaat Korintus yang notabene adalah umat Allah dengan banyak karunia Roh tapi dengan tanpa rasa malu melakukan dosa secara tetrang-terangan. Dukacita ini muncul karena melihat umat Allah atau mengaku diri Kristen tetapi masih terus hidup dalam kedagingan, berkancah dalam dosa. Di mulutnya dia mengaku percaya tetapi kesaksian hidupnya tidak memuliakan Tuhan. Menghakimi orang lain tapi di sisi lain dirinya sendiri masih belum bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya.
Ketiga: Berdukacita atas ketidakadilan. Dukacita ini muncul karena melihat penindasan atau ketidakadilan di tengah dunia. Nabi Amos menyaksikan hal ini di tengah bangsa Israel : Orang menjual sesamanya yang miskin, menginjak-injak yang lemah, membelokkan jalan orang sengsara (Amos 2:5-6). Kita patut berdukacita karena ini terjadi di negara kita : Dewan yang terhormat tetapi tidak menunjukkan perilaku terhormat. Hukum diputarbalikkkan, keadilan dijungkirbalikkan tapi justru banyak orang menikmati kejahatan yang sudah sistematik dan berakar dalam masyarakat.
Pejabat koruptor bisa menikmati kenyamanan di penjara, jalan-jalan keluar serta masih divonis ringan dibanding maling ayam. Pejabat koruptor dieluk-elukkan dan tetap dipilih dalam plkada. Belum lagi penindasan terhadap kaum minoritas, atau keadilan yang tidak memihak malah semakin menggencet wong cilik sementara korupsi dan penyimpangan merajalela. Ketidakadilan dan penyimpangan hukum ini patut membuat kita bersedih.
Tuhan Yesus berjanji, orang yang berdukacita akan dosanya akan berbahagia karena Yesus menyediakan pengampunan bagi mereka. Selain itu orang yang berduka kerena dosanya maka dosa-dosannya akan dihapus. Dan pada akhirnya kedatangan Tuhan yang kedua kali Dia akan memulihkan segala sesuatu. Keadilan dan kebenaran akan ditegakkan oleh Raja segala Raja dan kita orang percaya akan berbahagia.
Soli Deo Gloria
Soli Deo Gloria
Post a Comment