Tujuh Tingkat Kebohongan
Waktu politisi Komisi VIII mengatakan secara spontan tentang email palsu mereka, saya berpikir bahwa itu adalah suatu kebohongan. Kebohongan yang terjadi saat kepepet. Ini dalam level yang lebih ringan. Pertanyaannya, bagaimana mereka menjawab saat menghadapi kasus yang lebih besar? Jangan-jangan.....Kebohongan itu tidak terjadi begitu saja. Ada tingkatan-tingkatan seseorang itu dalam berbohong seperti yang diutarakan J. Budziszewski, dalam bukunya, "What We Can't Not Know", dia memakai sebutan, "Tujuh level penurunan kejujuran.". Tingkatan kebohongan ini tidak hanya terjadi di kalangan politisi tetapi ini adalah masalah yang juga terjadi secara universal. Dalam artikel ini dipakai istilah,"Tujuh Level Kebohongan" :
1. Anda berbohong.
Kita berbohong karena berdosa. Kita berbohong tentang uang karena kita berdosa dalam hal uang, kita berbohong tentang seks karena kita berdosa dalam seks. Semakin besar dosa yang kita lakukan maka akan semakin besar kebohongan yang akan kita katakan. Satu kebohongan bisa menjadi pemicu yang dapat menyalakan api yang lebih besar. Kecuali kita mengakui kebenaran tentang kebohongan kita, kita akan melangkah ke level # 2.
2. Anda melindungi diri.
Artinya, Anda berbohong tentang kebohongan yang Anda miliki. Jika Anda berbohong tentang satu hal, kemungkinan Anda akan berbohong tentang hal lain. Sebagaimana dikatakan Budziszewski, "Kebohongan sangatlah lemah, mereka membutuhkan pengawal."
3. Anda mengembangkan kebiasaan berbohong.
Seorang pembohong pada tingkat ini akan berbohong tentang sesuatu hal yang sepele dan sebenarnya tidak bermanfaat.
4. Anda menipu diri.
Anda sekarang percaya kebohongan yang anda ceritakan kepada orang lain. Kebohongan kita akan begitu efektifnya sehingga kita bahkan berbohong kepada diri kita sendiri. Kita menipu diri.
Pada Level # 4, seseorang masuk ke dalam penyangkalan. Dia berhenti melihat kompas internal moralnya dan karena itu ia tidak akan merasa bersalah lagi.
5. Anda merasionalisasi.
Sekarang Anda membenarkan kebohongan dan menanggapnya sebagai sesuatu hal yang baik. Sekarang berbohong bukan hanya bagian dari kehidupan normal, tetapi sebagai suatu kebajikan - sesuatu hal yang membantu perusahaan tumbuh, menghemat pekerjaan, dan sebagainya.
Kebohongan level # 5 ini secara khusus sangat menggoda pada level kepemimpinanan.“Semakin tinggi Anda dalam organisasi maka akan semakin sulit Anda mengatakan kebenaran.” Seringkali kebohongan itu dibenarkan untuk kepentingan institusi atau untuk kebaikan yang lebih besar.
6. Anda mengembangkan teknik Anda.
Teknik utamanya adalah mulai mengadakan penggolongan atau pembagian. Anda mulai mengisolasi laporan, mengabaikan apa yang dikatakan dalam konteks lain. Level # 6 kebohongan sering ditemukan di tingkat birokrasi. Pada Level # 6 pembohong dengan lancar mungkin berpindah dari satu konstituen ke yang lain, bersumpah dalam setiap hal sembari menyatakan bahwa ia sedang mengatakan kebenaran:
"Lembaga ini akan tetap setia pada nilai-nilai-nilai utama kami."
"Tolong jangan memperhatikan nilai-nilai utama kami; yang ditulis oleh sebuah komite yang tidak lagi bekerja di sini."
7. Anda melihatnya sebagai tugas atau kewajiban Anda untuk berbohong.
Sebagai penutup artikel ini saya mengutip perkataan Pdt. Eka Darmaputera. Dia mengatakan bahwa di dunia manusia pada dasarnya ada dua macam orang, yang satu berjuang untuk kebohongan sampai lihai, sedangkan yang lain berjuang untuk Kebenaran. Kita berada pada golongan yang mana?
ChristianityToday
hmmm .. cukup mengaggumkan pak roni
ReplyDeleteThanks, saya cuma share aja dari Christianity Today dan artikelnya J. Budziszewski. Dia seorang Evangelical yang kemudian beralih ke Chatolic. Bukunya bagus-bagus. Lain kali saya ulas di blog ini :)
ReplyDeleteSetuju. Bahkan white lies pun tetap lies.
ReplyDeletekunjungan balik
ReplyDeleteThanks buat kunjungannya ya
ReplyDelete