Pursuit of Excellence
Niccolo Paganini, seorang pemain biola Italia yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.
Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain, mereka berdiri dan berteriak, 'Bravo', 'Bravo' alias 'Hebat', 'hebat'.
Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar. Paganini memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari lagunya itu.
Dengan mata berbinar dia berteriak, ?Paganini dengan satu senar? Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.
'Excellent!', itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kehebatan sang maestro biola tersebut. Kata yang sama sering dipakai untuk memotivasi seseorang guan melakukan sesuatu yang lebih baik. Be excellent! Kira-kira seruannya seperti itu.
Apa sih artinya excellent itu? Excellent itu bisa diartikan excel (melampaui, mengungguli), surpass (melebihi, mengungguli), atau exceed (melampaui, melebihi). Dalam bahasa Inggris, kata excellent ini padanannya adalah 'best, perfect/complete'.
Kata excellent saat ini sering diartikan yaitu untuk menjadi lebih unggul dari yang lain, menjadi superior dan mengalahkan pesaing-pesaingnya. Excellent dipahami untuk tampil perfect dan menjadi sukses dalam segala-galanya. Tapi sebenarnya ada perbedaan antara excellent dan perfeksionis serta sukses!
Berikut perbandingan antara excellent, perfectionist dan success: (saya tampilkan saja teks aslinyan karena kalau diterjemahkan kalimatnya jadi kurang sreg).
“Success means being the best. Excellence means being your best. Success, to many, means being better than everyone else. Excellence means being better tomorrow than you were yesterday. Success means exceeding the achievements of other people. Excellence means matching your practice with your potential.”
Edwin Bliss mengatakan, “The pursuit of excellence is gratifying and healthy. The pursuit of perfection is frustrating, neurotic, and a terrible waste of time.”
Melihat penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa inti dari pursuit of excellence bukanlah untuk menjadi superior, menjadi perfeksionis atau menjadi unggul dalam segala sesuatu. Dalam usaha meraih ekselensi selama ini, apa yang kita kejar? Apa yang kita ingin raih? Meraih atau mengejar materi? Untuk menjadi lebih baik dari orang lain? Untuk berkompetisi dan menjatuhkan orang lain? Untuk meraih popularitas atau nama? Untuk mendapatkan pujian banyak orang? Semua motivasi itu ternyata bukanlah spiirit of excellence yang sesungguhnya. Itu adalah spirit dunia. Lalu seharusnya apa motivasi kita dalam mengejar ekselensi atau menunjukkan kualitas yang mutu dalam hidup kita?
Pursuit of excellence mengacu pada mengejar dan melakukan sesuatu yang terbaik yang kita bisa lakukan dangan karunia dan kemmapuan yang Tuhan berikan, memberikan apa yang terbaik dari kita untuk kemuliaan Tuhan.
Lalu bagaimana kita meunjukkan pursuit of ekcellence dalam hidup kita.
Pertama, selalu memilih yang terbaik. Hidup kita penuh dengan pilihan bukan hanya pilihan yang simpel, antara yang baik dan buruk. Tapi bagaimana kita memilih yang terbaik dari apa yang ada. Kita harus menguji dan menilai hal-hal yang kita hadapi. Pada akhirnya kita akan menentukan prioritas kita dan memilih yang terbaik untuk kita lakukan.
Kedua, Lakukan dengan totalitas. Lakukan dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Itulah kualitas yang ekselen. Tanpa totalitas hati, maka kualitasnya hanya biasa-biasa saja. Lawan dari ekselen sebenarnya adalah medioker, rata-rata. Orang medioker adalah orang yang sebenarnya memiliki kemmapuan untuk tampil ekselen tetapi mengendurkannya atau malas untuk melngerahkan kemampuannya yang maksimal. Ini seperti yang Tuhan kecam dalam kitab Wahyu yaitu kondisi yang 'suam-suam'.
Ketiga, lakukanlah untuk memuliakan Tuhan. Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mengatakan bahwa apapun yang kamu lakukan lakukanlah untuk memuliakan Tuhan. Dalam Katekismus Westminster, tujuan hidup manusia adalah memuliakan Tuhan. Menunjukkan ekselensi itu bukanlah untuk pamer atau untuk mengungguli orang lain tetapi karena motifnya adalah untuk memuliakan Tuhan.
Paulus adalah orang yang menunjukkan ekselensinya sebagai seorang hamba Tuhan. rasul, pengajar, penulis, perintis misi. Paulus 3 kali melakukan perjalanan misi yang jauh dan melelahkan, perintis banyak jemaat, penulis banyak surat dan pengajar yang tak kenal lelah. Bahkan saat di penjara, dia banyak menulis surat penjara. Itulah ekselensi.
Kondisi dan situasi tidak mematahkan semangatnya. Belenggu rantai tidak membelenggu semangatnya untuk teruu mengabarkan Injil melalui surat-suratnya. Pantang menyerah dan terus maju, itulah Paulus. Dia melakukan dengan totalitas dan motifnya adalah untuk kemuliaan Tuhan.
Bagaimana dengan saudara saat ini. Ayo tunjukkan 'spirit of excellence' Anda di manapun Tuhan menempatkan Anda saat ini. Soli Deo Gloria
mantebs bgt
ReplyDelete