Sola Fide
Sola Fide – 'hanya oleh iman' adalah dasar Kekristenan di samping Soal Gratia, Sola Scriptura, Sola Christus dan Sola Deo Gloria. Sola Fide – hanya oleh iman inilah yang membedakan Keristenan dengan berbagai agama dan kepercayaan lain di dunia. Kekristenan menekankan pada karya final Kristus di kayu salib sedanghkan agama lain menekankan pada usaha manusia. Kekristenan menekankan bahwa keselamatan itu diterima melalui iman sedangkan agama lain pada usaha manusia berdosa untuk menyucikan diri ditambah dengan segala praktek ibadahnya. Sola Fide ini sekaligus meunjukkan keunikan Kekristenan sekaligus keunggulannya di tengah-tengah berbagai kepercayaan yang ada di dunia ini.
Pertanyaannya, apakah cukup hanya oleh iman? Pertanyaan ini sendiri tidak hanya datang dari orang yang belum Kristen tetapi juga dari kalangan Kekristenan itu sendiri. Mustahil, itu anggapan sebagian orang bahwa hanya oleh iman saja cukup menerima keselamatan. Bagi manusia hal itu tidak mungkin tapi bagi Allah mungkin :). Sesuatu yang nggak masuk akal bagi manusia justru dibuat simpel oleh Allah. Justru manusia itu sendiri yang membuat keselamatan itu menjadi rumit!
Sekarang saya ajak kita melihat bagaimana sesungguhnya sola fide ini dari perspektif Alkitab.
Pertama, dari perspektif Yesus sendiri. Yesus menyatakan dalam Yohanes 5:24,”Barang sia[a percaya kepada Dia, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum.” Apakah Tuhan menetapkan syarat tambahan di sini untuk keselamatan? Jelas tidak. Dalam berbagai peristiwa penyembuhan terhadap orang sakit yang dicatat dalam Injil Tuhan Yesus berkata,”Imanmu telah menyelamatkan engkau”.
Dalam suatu perumpamaan yang mengejutkan ahli-ahli agama, Yesus menunujukkan keselamatan bukan karena usaha manusia. Yesus menceritakan ada dua orang yang pergi ke Bait Allah, pertama orang Farisi dan kedua si penmungut cukai. Orang Farisi ini membenarkan dirinya sebagai seorang yang saleh, rajin beribadah, berpuasa dan memberi perpuluhan sedangkan si pemungut cukai datang berdoa dengan kerendahan hati. Ternyata yang dibenarkan Allah bukan si orang Farisi tetapi si pemungut cukai itu.
Bagaimana mungkin si pemungut cukai ini yang jelas-jelas berdosa tetapi justru dibenarkan. Di satu sisi si Farisi itu sudah berusaha hidup dengan standar rohani yang jauh lebih tinggi tetapi kenapa tidak dibenarkan? Ingat bahwa Yesus menetapkann standar yang juauh lebih tinggi dari yang dipikirkan oleh si Farisi. Tuntutan Yesus justru adalah,”Haruslah kamu sempurna!”. Standarnya adalah kesempurnaan yang ditetapkan Allah dan bukan manusia. Jauh ebih tinggi dan sempurna dari perkiraaan si Farisi tersebut!
lalu bagaimana caranya si pemungut cukai dibenarkan? Inilah yang Allah lakukan, Allah menunjukkan ‘pembenaran’ kepada si pemungut cukai. Si pemungut cukai ini jelas mengakui bahwa keadaannya tak tertolong dan dia tidak bisa mengandalkan sesuatu yang baik yang ada pada dirinya dan dengan kondisi sepertti ini dia mengakui keadaannya dengan berseru minta pertolongan Allah. Allah membenarkan dia, menyatakan dia sebagai orang benar tanpa cacat dan cela di hadapan-Nya karena Allah yang mengampunia dia dan membebaskan dia dari segala penghukuman. Inilah inti dari Injil yaitu kabar baik bahwa setiap orang diselamatkan oleh iman kepada Kristus.
Perspektif Paulus
Paulus menytakan bahwa tidak seorangpun dinbenarkan karena hukum Taurat (Roma 3:20). Tetapi Allah membenarkan orang yang percaya kepada Yesus (Roma 3:26). Lagi-lagi Paulus memakai istilah pembenaran di sini dan berulang-ulang di Kitab Roma. Apa maksudnya dibenarkan? Dibenarkan berarti kita sebagai orang berdosa di hadapan Allah secara status dan posisi dijadibagan sebagai orang benar oleh karya pengurbanan Kristus di salib. Iman kepada Kristus inilah yang membuat kita dibenarkan dan dengan demikian kita diselamatkan oleh Allah.
Paulus memberi contoh, Abraham dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi karena iman (Roma 4:2). Dalam suratnya yang bernada keras kepada jemaat Galatia, Paulus mengingatkan bahwa sekali lagi manusia dibenarkan karena iman kepada Kristus. Itulah Injil. Ajaran yang tidak sesuai dengan itu dikecam paulus sebagai Injil yang lain.
Dalam surat Ibrani dikatakan bahwa tanpa iman tidak mungkin manusia berkenan kepada Allah. Dalam surat Ibrani pasla 11 berkali-kali diulang ungkapan,”Karena iman maka Nuh, karena iman maka Abraham, karena iman maka Musa, karena iman........
Lalu apakah cukup orang Kristen berhenti samapai pada memiliki keselamatanh saja? Tentu tidak. Orang yang telah diselamatkan harus merespons keselmatan itu dengan melayani Tuhan, berbuat baik dan melakukan segala kehendak Tuhan. Kita diselamatakan untuk melakukan pekerjaan yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya. Apapun aktifitas rohani kita, baik beribadah, melayani, berbuat baik, menjaga kesucian hidup hanyalah respons terhadap keselamtan yang sudah Tuhan anugerahkan kepada kita dengan cuma-cuma
Sola fide tidak hanya menjadi starting point dalam setiap kehidupan rohani orang percaya. Sola fide itu menjadi penggerak bagi setiap kerohanian kita karena kita beriman kepada Allah yang hidup dan berkuasa. Sola fide juga seharusnya menyelimuti dan mewarnai segala sesuatu yang dilakukan orang percaya. Apapun yang kita lakukan, segiat appaun kehidupan rohani kita tetapi tanpa iman serta kasih kepada Allah maka itu tidak akan berkenan kepada Allah.
Soli Deo Gloria
Wasalam...tolong tunjukan dalam kitab suci dimana letak kalimat HANYA IMAN DAN HANYA KITAB SUCI ?
ReplyDeleteSob... sebelum nanya apakah lu baca renungan diatas.? dan apakah lu paham maksud renungan diatas.?
Delete