News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Menantikan Tuhan

Menantikan Tuhan



Kaye O’Bara adalah seorang wanita yang luar biasa, dia menunggui anaknya yang koma dari awal Januari 1970. Dengan setia dia menjaga anaknya, mengubah posisi berbaring anaknya setiap dua jam, menyuapi, membacakan cerita, memperdengarkan music dan berdoa bagi anaknya. Dia berharap dan menantikan suatu saat anaknya bisa pulih seperti sedia kala.

Edwarda O'Bara putri dari Kaye O'Bara adalah seorang remaja penderita diabetes ringan. Tanggal 3 Januari 1970 dia bangun dengan kesakitan yang luar biasa akibat obat insulin yang tidak masuk ke dalam aliran darahnya dan dia dibawa masuk ke ruang gawat darurat. Sebelum kehilangan kesadaran, dia berkata kepada ibunya,”Ma, janji ya untuk tidak meninggalkan aku.” Kata Mamanya,”Ya, Sayang. Mama berjanji. Janji adalah janji”. Ternyata itulah kata-kata terakhir dari sang anak, dan Ibu Kaye O’Bara membuktikan ucapannya. Dia menjaga dan menanti selama 39 tahun dengan penuh harap suatu saat anaknya bisa sadar kembali. Dia akhirnya meninggal dunia di usia 80 tahun, tepat di sisi ranjang anaknya. Walaupun penantian panjangnya seolah tidak membuahkan hasil, anaknya tetap tetapi kesetiaannya dalam penantian itu sangatlah luar biasa.

Menanti atau menunggu adalah salah satu kata yang sangat tidak kita inginkan dan kita ingin hindari, bukan. Kita hidup di zaman yang memuja dan mengutamakan speed, kecepatan. Kita mengnginkan segala sesuatu serba cepat, ekspres, instan, kilat atau 'nggak pake lama'. Kalau lama, nada suara kita mulai meninggi dan muka kita mulai berubah…..Kita ingin segala sesuatu berjalan dalam waktu yang kita bisa control atau dalam waktu yang kita inginkan. Saya pernah mau beli susu anak saya di Super market, stoknya di etalase ternyata habis jadi disuruh nunggu. Udah nunggu lama ternyata di gudang juga habis. Setelah itu saya ke kasir, ternyata kertas print di kasir habis dan saat mau diganti, ada kertas yang nyangkut lagi di mesin printernya. Hati saya udah deg-degan dan mulai panas…..Kita punya masalah dengan namanya menanti tak terkecuali yang mengajar karakter.

Bicara soal menanti atau menunggu, ternyata hal yang kita tidak suka itu dipakai Tuhan untuk memproses iman kita. Menunggu adalah cara yang dipakai Tuhan untuk membentuk karakter dan kedewasaan rohani kita. Ingat Abraham yang menanti sedemikan lama untuk memperoleh keturunan, ingat Yakub yang menanti dengan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan kekasih sejatinya. Bangsa Israel tidak langsung masuk ke Kanaan karena Allah ingin menguji hati dan iman mereka.

Salah satu tokoh yang dalam hidupnya menunjukkan teladan dalam menanti Allah adalah Daud. Daud berulang-ulang berkata,”Nantikanlah Tuhan”. Mazmur 27:14 "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" Apa yang Daud tuliskan itu bukan hanya untuk menginspirasi orang lain. Menantikan Tuhan adalah bagian dari life stye, gaya hidup yang Daud lakukan di masa mudanya. Mau lihat buktinya? Daud rela menunggu dua dekade lamanya untuk menjadi raja Israel padahal dia sudah lama diurapi oleh nabi Samuel. Dua puluh tahun menunggu bukanlah waktu yang singkat! Bahkan setelah Raja Saul mati, Daud tidak otomatis menjadi raja Israel karena ada keturunan Saul yang memerintah yaitu Isybosyet. Daud diangkat dulu menjadi Raja atas Yehuda di usianya yang ketiga puluh. Dia masih menunggu tujuh tahun lagi barulah dia secara resmi menjadi Raja atas Israel.

Selama masa dua puluh tahun itu ada banyak kesempatan yang bisa Daud manfaatkan untuk mengambil alih tampuk kekuasaan baik dari raja Saul maupun dari pengganti Saul yakni Isybosyet. Dia bisa mengklaim bahwa dirinya sudah diurapi oleh Tuhan, Raja Saul sudah ditolak oleh Tuhan dan mengejar-ngejar Daud sehingga alas an membela diri bisa dipakai untuk membunuh Saul. Daud punya skill dan leadership sebagai panglima perang, punya anak buah yang berani mati dan berpengalaman di medan tempur kayak Taliban tapi catat: Daud tidak pernah sekalipun berniat merebut /megkudeta/ menggusur /merampok atau merampas kekuasaan baik dari tangan Saul maupun dari Isybosyet. Bahkan setelah kematian Saul, Daud tidak langsung mengangkat dirinya sebagai raja atau mendeklarasikan dirinya sebagai pengganti Saul. Bukan hanya karena Daud memegang janjinya dengan Yonatan (janji adalah janji….). tapi lebih dikarenakan Daud mau menanti Allah terlebih dahulu.
Setelah Saul meninggal dan selesainya masa berkabung, Daud bertanya kepada Tuhan dengan pertanyaan :”Apakah aku harus pergi ke salah satu kota Yehuda?”. Firman Tuhan kepadanya,”Pergilah.” Tanya Daud lagi: “Ke mana aku harus pergi?” Firman-Nya,”Ke Hebron”.
Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari Daud?

Pertama, menantikan Tuhan berarti meminta pimpinan Tuhan. Sebelum melangkah ke tahta kerajaan, Daud menunggu Tuhan terlebih dahulu. Daud mungkin punya penasihat atau orang-orang berpengalaman yang bisa dimintai pendapat bahkan dia sendiri bisa berinisiatif untuk melangkah. Tetapi Daud mencari Tuhan dan meminta pimpinan yang jelas dari Tuhan. Dia bertanya sebanya dua kali dan secara spesifik untuk memastikan pimpinan Tuhan. Daud menunjukan bahwa dia tidak mau melangkah tanpa Tuhan dan tanpa penyertaan Tuhan. Seolah-ola Daud berkata sama Tuhan, Tuhan tunjukan tanganmu kea rah yang Engkau kehendaki untuk aku tempuh. Aku tidak mau melangkah di tempat yang Engkau tidak kehendaki. Menantikan Tuhan di sini berarti merelakan hati dan pikirannya untuk mengikuti pimpinan dan langkah dari Tuhan.
Daud, walaupun berkedudukan tinggi dan sebagai kandidat raja, dia tidak mau gegabah untuk bertindak. Dia bahkan sebagai panglima menempatkan dirinya sebagai dombanya Tuhan dan Tuhan sebagai Gembala yang Agung. Sebagai domba, dia menanti panduan dan kompas dari sang Gembala agung. Menanti di sini bukan berarti diam saja atau pasif. Daud mengambil langkah secara aktif datang kepada Tuhan, bertanya dan meminta pimpinan Tuhan sebelum melangkah.

Ada orang yang sering melangkah dulu atau mengambil tindakan dulu baru berdoa. Doanya hanya untuk meminta konfirmasi saja dari Tuhan. Doa seperti ini sebenarnya pemaksaan atas kehendaknya sendiri. Sebelum melangkah, apakah kita sudah belajar untuk menantikan Tuhan dalam kehidupan kita. Apakah kita sudah menggumulinya melalui doa, bertanya kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya. Dengan membaca dan merenungkan Firman Tuhan maka Tuhan akan mengarahkan kita untuk melangkah ke arah yang dikehendaki-Nya. Memang tidak mudah dan seringkali kita menanti sedemikian lama, tetapi pertanyaannya sudahkah kita mencari pimpinan-Nya terlebih dahulu atau mencari pimpinan-Nya ataukah kita mencari pimpinan Tuhan kalau kita sudah kelabakan akibat kita melangkah sendiri?

Kedua, menantikan Tuhan berarti memiliki pengharapan yang kuat di dalam Tuhan. Daud mampu menanti dengan sabar karena dia punya dasar pengharapan yang kuat. Sebelum Daud menjadi raja, dia dikejar-kejar Saul dan pasukannya karena dia ibarat 'the public enemy number 1', 'the most wanted' di Israel. Dalam pelariannya yang berliku-liku dia pasti mengalami pergumulan yang berat. Dari sorang pahlawan kina menjadi target yang dikejar untuk dibunuh. Dalam pelarian dan ketidakpastian yang dia hadapi, Daud senantiasa berharap kepada Tuhan.

Alasan Daud untuk berharap kepada Tuhan karena Daud mengenal Allahnya dengan baik. Dia percaya Allah sebagai Gembala, Kekuatan dan Perlindungannya. Pengharapan Daud kepada Tuhan karena Daud melihat bahwa Tuhan pasti tidak tinggal diam, Tuhan pasti bertindak. Kita bisa berharap pada seseorang karena kita mempercayainya dan mengenalnya dengan baik. Sama seperti itulah pengharapan yang Daud miliki terhadap Allah.

Penantian pengharapan Daud tidak sia-sia. Ketiba tiba waktunya Tuhan, Tuhan mengangkat daud menjadi raja atas Israel. Daud tidak mengangkat dirinya sendiri sebagai raja tapi diangkat oleh Tuhan. Daud tidak meminta dirinya menjadi raja tetapi Tuhan meminta dia<”Engkaulah yang harus bmenggembalakan umat-Ku Israel dan engkaulah yang menjadi raja atas mereka.” (2 Samuel 5:2). Wow, keren khan? Kualitas menanti sebenarnya bisa dikatakan sebagai kualitas seorang raja, kualitas yang ekselen. Kualitas ini, adakah ada dalam diri kita?
Allah menanti dan mencari oang-orang yang setia menanti di hadapan-Nya. Apakah kita termasuk di dalamnya? Mulailah dengan belajar mencari pimpinan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita dan belajarlah terus berharap pada Allah. Kiranya Tuhan mengutakan kita untuk terus belajar menantikan dia dalam hidup kita.

Soli Deo Gloria

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment