Injil Barabas
Kita tidak pernah berpikir panjang tentang Barabas. Cap yang
ada dalam pikiran kita adalah dia seorang kriminal, penjahat kelas berat. Alkitab
menyatakan dia seorang yang terkenal kejahatannya (Matius 27:16), pembunuh dan pemberontak menurut versi Markus. Kalau pakai istilah sekarang,
tepatnya dia adalah teroris karena dia memberontak melawan pemerintah Romawi pada waktu itu. Bagi hukum dan undang-undang Romawi kualifikasinya sudah cukup membawa
dia pada eksekusi pasti yaitu dengan metode penyaliban. Salib? Ya, mendengar
kata itu sudah cukup membuat orang merinding karena salib adalah metode hukuman
penyaliban yang dilakukan Romawi yang membuat orang tidak hanya dipermalukan
tapi disiksa dengan intensitas kesakitan yang maksimal. Saking sadisnya maka hukuman ini hanya berlaku bagi para penjahat yang bukan orang Romawi. Barabas menunggu saat
eksekusi di selnya. Bayangan penyiksaan, cemoohan dan pemakuan serta
penghancuran kaki pasti akan menghantui dirinya. Itulah penantian yang dia
tunggu. Lambat tapi pasti akan datang. Derita dan kematian sudah menunggu,
tinggal dalam hitungan waktu. Itu vonis
yang layak dan patut dia terima.
Tiba-tiba datang perintah dari Procurator Pilatus, prajurit Romawi menyeretnya keluar dari
selnya dan membawanya kepada orang banyak. Tidak terbersit sedikitpun
pikirannya untuk dibebaskan. Apalagi ia disandingkan dengan Yesus yang jauh
lebih baik dari dirinya. Yesus memang dituduhkan sebagai pemberontak tetapi dia
Yesus tidak ada apa-apanya dibanding Barabas. Barabas jelas-jelas memberontak
kepada penguasa Romawi dan bukti yang ada sudah lebih dari cukup untuk
membawanya pada hukuman mati. Barabas, penjahat yang tidak memiliki harapan dan
tinggal menanti ajal di depan mata, tiba-tiba mendapat pembebasan tak
bersyarat. Tak ada hukuman percobaan atau sebatas penangguhan hukuman. Tak ada
yang namanya pengurangan hukuman. Totally free. Bebas sama sekali.
Mari kita tinjau
bersama kasus Barabas!
Barabas tidak memiliki hak apapun untuk dibebaskan. Apa
jaminan atau kualifikasi sehingga dia dia dipilih?. Tidak ada sama sekali.
Ironisnya Barabas dipilih justru karena
kejahatannya yang luar biasa. Pilatus memilihnya dengan alasan rakyat tidak
akan memilih tokoh yang antagonis. Jadi setelah menimbang-nimbang maka
pilihannya jatuh pada Barabas ini.
Barabas layak menerima vonis hukuman mati menurut
undang-undang. Undang-undang Romawi yang berlaku di seluruh wilayah jajahannya
termasuk Palestina jelas memberikan vonis yang berat bagi orang non Romawi yang
kedapatan melakukan kejahatan berat. Barabas memenuhi syarat untuk itu dan vonis
hukuman untuk kejahatannya adalah hukuman salib yang mengerikan.
Barabas tidak melakukan apapun untuk pembebasan dirinya. Dia
dibebaskan bukan karena didapati ada perubahan atau sudah menunjukkan
sikap berkelakukan baik di penjara. Tidak ada indikasi perubahan atau
pertobatan sedikitpun yang membuat dia layak dipertimbangkan untuk dibebaskan. Tidak ada rekomendasi sedikitpun dari sipir penjara tentang perubahan hidupnya.
Barabas mendapatkan pembenaran walaupun statusnya tetap
seorang yang jahat. “Lalu ia membebaskan Barabas bagi
mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan” (Matius
27:26). Secara legalitas status hukum Barabas sebagai orang bebas adalah sah karena disahkan secara hukum oleh Pilatus. Kendatipun perbuatannya melawan hukum alias tidak bisa dibenarkan tetapi putusan pengadilan itu sudah tidak bisa diganggu gugat lagi.
Pembebasan Barabas terjadi karena
Yesus menggantikan tempat, posisi dan hukumannya. Yesus menggantikan Barabas
bukan hanya sekedar masuk penjara, tetapi untuk menjalani hukuman kematian dengan penyaliban dan segala
kejahatan, kutuk dan dosa ditimpakan kepada Yesus.
Aplikasi :
Kerap kita menujuk bahwa Barabas itu jauh lebih jahat dibanding
kita. Mungkin kita bukan seorang berstatus napi, pembunuh atau pemberontak model Barabas tetapi
sesungguhnya kita adalah pemberontak di mata Allah. Natur kita di hadapan Allah
membuat kita tidak pernah bisa melakukan apa yang dimaui dan diingini oleh
Tuhan. Yang ada adalah keegoisan dan keinginan diri sendiri, ini merupakan dosa
yang jelas melawan Allah. Bahkan tanpa kita sadar, kita berdosa dengan bermodal
dari Tuhan. Mulut yang Tuhan cipta, kita pakai untuk memaki dan mengutuk atau
menggerutu. Tangan pemberian Tuhan kita pakai buat menjahili dan mengusili sesame
bahkan mengambil milik orang lain. Pikiran yang Tuhan ciptakan kita pakai untuk
berpikir yang negatif dan berangan-angan untuk memperdayai sesame.
Sesungguhnya, kitalah Barabas itu. Kita sebenarnya tidak layak menerima
pembebasan itu. Kita justru patut dihukum mati. Tapi Kristus mengasihi kita ,
bukan hanya dengan kata tapi dengan memberikan nyawa-Nya untuk kita. J. C. menyatakan dengan tepat sekali, "Let us freely confess that, like Barabbas, we deserve death, judgment and hell. But let us cling firmly to the glorious truth that a sinless Savior has suffered in our stead, and that believing in him the guilty may go free." (Expository Thoughts on the Gospels, vol. 2, p. 459).
Kesempatan yang Tuhan berikan
seringkali kita tidak manfaatkan untuk memuliakan Tuhan. Barabas diberi
kesempatan kedua tapi dia tidak pernah bertobat. Tidak ada indikasi pertobatan
dalam diri orang ini. Masuk keluar penjara, dia masih seperti yang dulu. Dalam
khotbah Petrus dalam Kisah Para rasul, dia masih menyebutkan bahwa Barabas itu
seorang pembunuh. Kalau dia jahat dan bertobat, lihat saja Paulus seorang
penganiaya jamaat akahirnya menjadi pelayan Tuhan dandicatat dalam Kitab Suci.
Kitab Suci hanya menyebut pembebasan Barabas dan itulah kisah akhirnya. Betapa
sering juga orang Kristen yang hanya melihat pengorbanan Kristus itu sebagai
pengorbanan yang bermakna sesaat. Yang penting sudah bebas tapi tidak mau hidup
sungguh-sungguh untuk Tuhan. Melihat pengorbanan Kristus itu hanya untuk
kepentingan dirinya. Penebusan Kristus dipahami sempit sebagai berkat yang
mendatangkan kemakmuran, kesehatan dan kesuksesan dalam bisnis belaka! Pengorbanan
Kristus sejatinya adalah membuat kita menjadi milik Kristus. Seperti yang Paulus katakan, "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."
Syalom pak...
ReplyDeleteHahaha... saya tertipu judulnya nih "Injil Barabas"
Saya fikir ini membahas kepalsuan INJIL BARNABAS yang sudah lama beredar di Toko Buku Gramedia dan dijadikan agama seberang untuk menjelekkan Kristus dan Kristen...
Ternyata Barabas, bukan Barnabas...
Lagipula, koq ada kata "injil" sebelum kata Barabas, kan injil hanya ada 4 pak (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Jadi tidak ada itu injil Barnabas...
Intinya, saya korban judul... Hahaha...
Shalom juga :) Saya sih tidak bermaksud menipu, he he. Iya memang ada injil Barnabas yang palsu itu, mungkin suatu saat bisa dibahas di sini atau kamu yang bahas, nanti saya koment sekalian. Thanks sir udah bertandang dan memberikan jejak pertama di sini :)
ReplyDeletedengan membaca kisah Barabas diatas,saya kembali memahami arti pengorbanan yg sebenarx sekalipun tdk dihargai..
ReplyDelete