Anugerah Allah Di Tengah Air Bah dan Bahtera
Salah satu kisah favorit anak saya adalah kisah Nuh dan air bah. Anak saya antusias dengan kisah ini. Dia tertarik dengan gambar ekpresi orang jahat yang dilihatnya di Bible Story, binatang-binatang yang beraneka macam dari yang kecil sampai gede dan gambar air bah menenggelamkan orang-orang dan bagaimana ikan hiu memangsa orang-orang. Tapi kisah Nuh itu sebenarnya bukan cuma kisah yang diperuntukkan buat anak-anak .
Kisah Nuh adalah kisah nyata yang amat mengerikan. Dalam suatu lukisan tentang air bah, Gustave Dore menggambarkan orang-orang yang berjuang untuk tidak tengelam berusaha bertahan, ada yang sudah terhanyut air dan berusaha menggapai-gapai dan ada juga yang telah terlepas pegangannya. Yang memilukan adalah bayi-bayi yang diselamatkan malah dimakan singa raksasa dan burung-burung pemakan bangkai terus terbang menanti mangsanya dan siap menukik untuk menikmati pesta daging. Jadi sesungguhnya gambaran ini menunjukkan betapa penghukuman di zaman Nuh itu sebenarnya mengerikan dan betapa jahatnya manusia sehingga Allah harus menumpahkan murkanya yang dahsyat.
Kisah Nuh dengan air bah bukan hanya kisah mitos atau legenda. Ada yang menanggap air bah zaman Nuh hanya bersifat local bukan memenuhi seluruh bumi. Saya percaya air bah itu memenuhi seluruh bumi. Ada bukti secara sains tentang peristiwa yang pernah terjadi di muka bumi ini yang dilanda banjir global. Salah satunya adalah penemuan rangka hiu di Negara Amerika Latin. Bagaimana bisa menjelaskan bahwa hiu itu bisa berada di puncak gunung? Apakah dia ngesot dan iseng untuk mendaki gunung? Atau apakah hiunya berlomba untuk loncat ke udara sehinga dia nyasar? Atau apakah dia dilempar sama Hancock yang superhero di film Will Smith? Rasanya mustahil. Kemungkinan lebih masuk akal adalah saat air bah surut hiu ini keasyikan bermain-main di permukaan air hingga akhirnya terdampar deh di puncak gunung. Lalu pelajaran apa yang kita bisa pelajari dari Nuh dan air bah?
Air bah mengingatkan tentang anugerah Allah dan murka serta penghukuman Allah.
Pertama, anugerah Tuhan. Pada zaman Nuh manusia diberi kesempatan selama 120 tahun untuk bertobat. Ini namanya periode anugerah atau ‘grace period’. Perbedaannya adalah Nuh merespon anugerah Tuhan itu sedangkan orang-orang pada zamannya terus menolak anugerah Tuhan. Pada akhirnya Nuh mendapatkan “kasih karunia” (anugeah) di hadapan Tuhan karena Nuh merespon anugerah dengan hidup beriman dan berjalan bersama Tuhan. Anugerah di tengah air bah? Ya, Nuh mendapatkan anugerah karena dia selamat dan berada di dalam bahtera.
Masa anugerah Tuhan itu ada masanya dan kita tidak akan tahu pasti masa anugerah itu bagi masing-masing orang. Anugerah Tuhan itu berlaku bagi mereka yang merespon dengan benar dan tidak menolak anugerah-Nya.
Kedua, Penghukuman itu terjadi karena Allah melihat manusia yang terus menerus menolak anugerah Allah. Murka dan penghukuman Tuhan itu pastiwalaupun seakan-akan lambat tapi pasti terjadi.
Manusia di zaman Nuh sudah diberi kesempatan yang cukup panjang tetapi ironisnya tidak ada yang mau bertobat dan tidak ada yang merespons anugerah Tuhan itu. Manusia menjalani hidup yang penuh kekerasan dan hidup yang rusak tanpa mau berubah. Selain sifat hidupnya yang penuh ‘kekerasan’ mereka juga ‘keras hati’ dan ’keras’ kepala. Akhirnya ‘grace period “ itu berakhir dan akibat manusia harus menghadapi murka dan penghukuman Tuhan yang ‘keras’ dan dahsyat.
Tuhan sesungguhnya tidak menghendaki manusia dihukum. Tuhan bukan Oknum yang senang membinasakan manusia dan bersukacita melihat kehancuran manusia. Alkitab hanya menjelaskan sekilas dan tidak memberi detail penghukuman itu. Bahkan Nuh sendiri tidak melihat penghukuman itu karena bahteranya tertutup dan hanya ada celah kecil di atas untuk tempat masuknya cahaya. Allah sudah menunjukkan kesabaran dan anugerah-Nya kepada manusia. Bukan hanya itu peringatan yang keras juga sudah disampaikan. Tapi akibat kekerasan sifat manusia ang tidak mau berubah, bertobat dan merespon anugerah Tuhan maka Allah akhirnya menunjukkan murka dan penghukumannya.
Sudahkah kita merespon anugerah Allah itu? Sudahkah kita mengalami anugerah Tuhan? Jangan mengulangi lagi tragedi manusia pada jaman Nuh yang hidupnya penuh kekerasan. Keras hati dan kepala terhadap suara Tuhan dan anugerah Tuhan. Saat kita mengeraskan hati secara terus menerus maka kisa sudah membuang-buang “anugerah Tuhan” dan kita merencanakan kehancuran atas diri kita sendiri. Kalau ada orang lain yang belum merespon anugerah Tuhan maka kita harus mengingatkan mereka seperti yang dilakukan Nuh pada zamanya.
Keselamatan bagi manusia itu seperti gambaran bahtera. Hanya satu cara untuk selamat yaitu masuk di dalam bahtera dan hanya satu pintu masuk untuk beroleh keselamatan. Pintu itu adalah Tuhan Yesus. Dia berkata “Akulah Pintu” Barang siapa masuk melalui Aku maka dia akan beroleh hidup yang kekal.
Post a Comment