Rabu Abu dan Pra Paskah – Penting Nggak Sih?
Bagi seorang Kristen yang dibesarkan dalam tradisi Protestan, saya sama sekali tidak mengenal perayaan ini. Yang saya tahu bahwa ini adalah perayaan yang diadakan oleh Gereja Katholik dalam menyambut Jumat Agung dan Paskah.Ternyata saya keliru, saya harus mengakui pemahaman saya yang selama ini sedikit dan dangkal tentang Pra Paskah termasuk Rabu Abu ini. Ternyata Pra Paskah khusunya Rabu Abu ini dirayakan di banyak gereja di luar sana selain Katholik. Ada Gereja Presbyterian, Methodis dan juga Gereja Christian Reformed yang merayakannya. Menariknya lagi saya membaca ada Calvin Christian Reformed Church yang juga merayakannya. Gerja Baptis dan Mennonite yang dulu tidak merayakannya sekarang kembali merayakannya. Menyadari minimnya pemahaman saya tentang hal ini, saya mencoba untuk menyelidikinya. Ini yang saya pelajari:
Pra Paskah atau Lent secara tradisional, merupakan persiapan penyesalan orang percaya, melalui doa, penyesalan, pertobatan, pemberian sedekah, dan mengingkari diri. Tujuan ini lebih ditekankan saat memasuki masa perayaan tahunan Pekan Suci, yaitu peristiwa Kematian dan Kebangkitan Yesus. Ada empat puluh hari dalam masa pra-paskah yang ditandai dengan berpantang dari makanan dan kenikmatan, dan sikap penyesalan lainnya. Hal ini merujuk pada peristiwa yang dicatat di kitab-kitab Injil Sinoptik (Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas, bahwa Yesus Kristus berpuasa 40 hari 40 malam lamanya di padang gurun sebelum memulai pekerjaan-Nya, di mana Ia dicobai oleh Iblis
Secara historis gereja Protestan banyak yang menolak perayaan Rabu Abu ini Dasar penolakan terhadap rabu Abu ini mungkin didasari pada perayaan ini tidak memilki dasar yang jelas atau diperintahkan dalam Alkitab. Tapi harus diakui juga ada perayaan yang tidak diperintahkan dalam Alkitab tapi kita tetap merayakannya misalnya Natal. Ada juga alasan lain bagi Gereja untuk tidak merayakan Pra paskah ini dengan alasan bahwa penekanan pada perayaan ini akan mengaburkan anugerah di dalam Injil.
Hal yang menarik adalah insight dari Dr Mark Roberts seorang Pastor Evangelical yang memberikan nasihat pastoralnya dalam blog Patheos : “Jika Anda berpikir bahwa Pra paskah adala masa untuk mendapatkan anugerah Tuhan dengan perbuatan baik kita maka Anda akan menghadapi problem theologis. Anugerah Allah telah diberikan secara penuh kepada kita dalam diri yesus Kristus. ...Jika Anda melihat Pra Paskah sebagai cara untuk melayakkan diri untuk merayakan Jumat Agung dan Paskah, sebaiknya kita perlu menunda sampai kita bertumbuh dalam pemahaman tentang anugerah (Allah).
Ada tiga dasar yang bisa menjadi pertimbangan bagi orang Kristen ketika hendak merayakan Pra Paskah yang dimulai dengan Rabu Abu ini.
Pertama, kita bisa melihat anugerah Tuhan dalam Rabu Abu ini. Abu ini sebagai simbol pengakuan diri kita akan keberdosaan kita dan sekaligus menunjukkan bahwa kita fana, kita akan mengalami kematian,”dari debu kembali kepada debu” yang membutuhkan Juruselamat. Di saat yang sama melalui lambang salib itu mengingatkan bahwa kita ini sudah menjadi milik Kristus. Kristus menjadikan kita milik-Nya melalui penderitaan dan karya-Nya di salib. Saya mengutip kembali apa yang dikatakan Pastor Mark D Roberts, “Jika kita melihat Rabu Abu ini sebagai suatu waktu untuk memahami anugerah Tuhan lebih dalam, maka kita memiliki perspektif yang tepat untuk merayakannya.”
Kedua, tujuannya adalah sebagai bagian dari persiapan untuk merayakan Jumat Agung dan Paskah. Kalau Gereja Katolik melakukannya dengan puasa. Banyak Gereja Protestan sebenarnya melakukan kegiatan Pra Paskah dengan cara dan metode yang berbeda misalnya menekankan pada doa bersama dan pendalaman Alkitab untuk lebih memperdalam persiapan dirinya dalam merayakan Jumat Agung dan Paskah. Persiapan dalam Pra –Paskah sesungguhnya akan membantu kita untuk lebih focus dalam menyambut Jumat AGung dan Paskah.
Ketiga, ini menjadi suatu disiplin rohani bagi orang percaya. Doa, puasa dan pendalaman Firman itu adalah tools yang menjadi bagian penting dari disiplin rohani kita. Kerapkali kita kita mengabaikan hal yang tampaknya sederhana tapi sangat vital untuk bertumbuh dalam anugerah Tuhan. Dallas Willard mengatakan bahwa jika disiplin rohani membantu kita untuk untuk memperdalam angerah Tuhan, maka lakukanlah. Tapi jika tidak, maka tidak perlu melakukannya, hal ini juga berlaku dengan peringatan Pra-Paskah ini.
Gereja dan banyak orang Kristen sudah melihat kekayaan makna yang terdapat di dalamnya yang memperkaya ibadah dan memperdalam iman mereka kepada Tuhan. Dengan kekayaan makna inilah maka tampaknya Gereja-gereja Protestan mulai berpaling dan merayakan Pra-Paskah ini. Selamat menyambut Jumat Agung dan Paskah.
he..he...jangan jangan warna untuk liturginya juga mengikuti katolik...dan bagaimana dengan paham sola scriptura????
ReplyDeletekenapa baru ssekarang baru sadar???