Lex Luger, Ex Pegulat Pro Berjumpa Tuhan Setelah Bergumul Dengan Drugs, Penjara dan Kelumpuhan
Mantan pegulat pro Larry Pfohl yang lebih dikenal dengan nama ringnya "Lex Luger," terkenal sebagai juara dunia, tetapi jatuh ke dalam kecanduan, penjara, dan kelumpuhan sebelum menemukan kehidupan baru pada saat moment terlemahnya. "Saya dulu dikenal sebagai salah seorang terkuat di planet ini," katanya kepada The Christian Post dalam sebuah wawancara. "Saya pikir menyerah adalah sebuah kelemahan, ternyata itu adalah hal terkuat untuk dilakukan oleh seorang pria dan wanita, yaitu mengakui Pencipta kita yang mengendalikan segala sesuatu."Dalam bukunya,"Wrestling with the Devil: The True Story of a World Champion Professional Wrestler – His Reign, Ruin, and Redemption", ia menceritakan seluruh kisahnya. "Hidup saya penuh dengan uang, penuh dengan wanita, obat-obatan dan alcohol, saya memiliki semua yang dunia tawarkan, tapi kemudian semuanya itu runtuh," kata Luger. Mantan pegulat itu ingat bagaimana sikap arogannya itu membuatnya tersesat, dan menggambarkan dirinya yang mementingkan diri sendiri sebagai " influenza pencapaian humanistik, itu penyakit." Kebanggaan ini menjerumuskanku kepada masalah pelik akibat ulahku sendiri, kata Luger. Dan butuh serangkaian krisis sebelum ia membanting setir kepada Allah. "Aku kehilangan keluargku, teman-temanku, termasuk Elizabeth, yang meninggal dalam pelukanku, tragis," katanya, mengacu pada perceraiannya dengan istrinya Peggy dan kematian pacar sekaligus manajer, Elizabeth Hulette.
Setelah kematian Elizabeth ia melayani di penjara, dan bertemu Pastor Steve Baskin di sana. Sebuah persahabatan yang berfokus pada pembentukan tubuh itu akhirnya menyebabkan Luger mempertimbangkan kehancuran hidupnya, yang telah menjadi "bencana dan kehancuran total," katanya. "Aku bahkan tidak berpikir aku bisa memperbaikinya lagi." Setelah khotbah yang terfokus pada Matius 7:24-27, pegulat ini akhirnya memutuskan untuk mencari cara lain. "Hidupku semua dibangun di atas pasir, bukan batu," katanya. Dalam kesaksiannya, Luger merasakan kehadiran Roh Kudus segera setelah ia berdoa untuk meminta pengampunan. Seperti Yakub bergulat dengan Tuhan, ia mengakui bahwa ia terus berjuang dengan kebanggaannya. Bahkan setelah menyerahkan diri kepada Allah, ia masih terus mendorong dirinya sendiri. "Saya masih ingin untuk bertahan dengan fisik seperti 27 tahun." Dia akhirnya membuat tulang belakangnya meradang dan menjadi lumpuh dari leher ke bawah. "Hal itu sangat merendahkan, saat datang kepadaYesus ketika saya lumpuh di lantai kamar hotel di San Francisco, "katanya.
Di Shepherd Center, Atlanta, lembaga yang didedikasikan untuk penelitian tulang belakang, para dokter mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan kelumpuhan. Ini "adalah waktu untuk pertumbuhan rohani," katanya dan hal itu menunjukkan,"Betapa kita sangat bergantung kepada Tuhan untuk semuanya." "Mudah-mudahan, banyak orang di luar sana tidak perlu mengalami kelumpuhanh untuk mewujudkan itu," kata Luger. Dia menyebutkan perjuangan Rasul Paulus dengan "duri dalam dagingnya," dalam 2 Korintus 12:9-10. Mantan pegulat ini memparafrasekan pesan Tuhan, "Kekuatan-Ku harus ditunjukkan sebagai contoh dalam kelemahanmu, kawan!"
Ajaibnya, pegulat yang hancur, mantan pecandu dan orang Kristen baru ini disembuhkan dari tulang belakang dan perlahan-lahan kembali bisa memfungsikan seluruh tubuhnya. Setelah ia sembuh, Luger berusaha untuk menginspirasi orang lain di Shepherd Center. "Saya bangga sebagai relawan di Shepherd Center," katanya. Ia juga menyebutkan karyanya di bidang kesehatan dan konseling kesehatan. Dia juga bekerja sama dengan sebuah organisasi nirlaba baru, yang disebut World Wrestling Outreach. Luger mengatakan tujuannya adalah untuk "menjangkau anak muda, semacam Tim Tebow ke dalam industri gulat." Dia memuji Tuhan yang telah menebus masa lalunya. Beberapa luka mungkin tidak pernah sembuh. Luger berbagi harapannya untuk rekonsiliasi masa depan dengan mantan istrinya, putranya dan putrinya, tetapi menyatakan bahwa bahkan untuk Raja Daud pun, beberapa keputusan membawa konsekuensi untuk sisa hidupnya. Mantan pegulat ini mengatakan bahwa setiap pagi, dia berdoa, "Tuhan, biarlah Engkau makin bertambah, dan aku semakin berkurang," dan mendorong semua orang untuk mengikuti prioritas Allah: ". Yesus, orang lain, dan kemudian Anda"
CP
Post a Comment