Ketika Yesus Galau
Pernah ngalamin galau atau ekpresiin kegalauan Anda? Kata 'galau' ini memang lagi populer dan memiliki bermacam makna mulai dari keadaan yang gelisah, resah, gelisah, bingung atau kacau hati dan pikirannya. Selain itu galau juga mengacu pada hati dan pikiran atau perasaan yang sedih atau tertekan (gundah gulana).Ngomong-ngomong tentang kata ini, muncul pertanyaan yang menggelitik ""Apakah Yesus pernah mengalami 'galau'?" Apa mungkin Dia bisa mengalaminya? Coba baca dulu yang satu ini:
Mat 26:37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,
Mat 26:38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."
Bila mengacu pada apa yang dialami Yesus di Getsemani kiranya pengertian yang terakhir yang cocok dikenakan yaitu Yesus mengalami galau yaitu kesedihan yang teramat dalam.
Yesus mengalami galau luar biasa atau kesedihan yang teramat dalam di sini bukan karena dia sedih memikirkan nasib diri-Nya yang malang. Ini galau yang kerap diekspresikan di media sosial oleh orang-orang masa kini. Tapi 'galau' yang Yesus alami adalah pergumulan karena dia yang tidak berdosa harus menanggung dosa seluuruh umat manusia dan konsekuensinya Yesus harus mengalami murka Allah. Bukan hanya itu, sejak dari kekekalan Yesus tidak pernah terpisah dari Bapa-Nya dan Roh Kudus tetapi karena harus menanggung dosa manusia maka Bapa-Nya akan meninggalkan Dia. Allah Bapa akan menolak Dia karena Bapa terlalu suci untuk memandang kejahatan.
Kegalauan Yesus sesungguhnya tidak hanya berhenti saat di Getsemani tetapi terus berlanjut sampai di Golgota. Hati siapa yang tidak akan galau melihat massa yang dulu jadi pengikut-Nya berbalik untuk menghina dan menuntut kematian-Nya. Belum lagi murid-murid-Nya meninggalkan-Nya dan mengkhianati serta menyangkal-Nya.
Tetapi sesungguhnya Yesus sudah mengatasi semua kegalauan itu saat dia berdoa di Getsemani. Getsemani memiliki arti "pemerasan Zaitun", yaitu tempat di mana buah Zaitun diperas sehingga bisa menghasilkan minyak. Ini gambaran bagaimana Yesus "ditekan", dari berbagai sisi sampai Dia harus mengeluarkan darah-Nya untuk keselamatan kita.
Menarik sekali bahwa Yesus membawa kegalauan itu kepada Bapa-Nya. Dia berdoa dan di tengah kegalauan-Nya Yesus berserah kepada Bapa-Nya. Di tengah dilema, galau, gundah gulana dan segalau macam perasaan yang berkecamuk dan pilihan yang harus dihadapi-Nya Dia berserah penuh kepada Bapa"Biarlah kehendak-Mu yang jadi dan bukan kehendak-Ku".
Getsemani adalah tempat Yesus bergumul, mengalami galau itu tetapi dalam pergumulan-Nya dia mendapat kemenangan melalui doa dan penyerahan diri kepada kehendak Bapa. Itu sebabnya Yesus menjadi tenang saat menghadapi Yudas murid kepercayaan-Nya yang mengkhianati Dia. Itu sebabnya Yesus tetap tenang dan tidak gusar melihat Petrus yang menyangkali Dia tiga kali. Itu sebabnya dia tidak kecewa saat massa menuntut darah-Nya. Yesus tetap tenang saat diadili dan saat berhadapan dengan para Pilatus. Dia tenang menuju salib Kalvari.
Belajar dari Yesus, dia pernah ditolak, sendirian, disalahpahami, ditinggalkan....Kalau kita mengalami hal seperti itu maka Yesus mengerti dan pernah mengalami semuanya itu. Belajar dari Yesus, datang kepada Bapa, berdoalah dan bersandar kepada Bapa. Dia akan memberikan damai, ketenangan di tengah galau yang kita alami sehingga kegalauan itu perlahan akan sirna diganti kedamaian dari Bapa Surgawi.
Heb 4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Post a Comment