News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Khotbah Di Bukit : Berbahagialah

Khotbah Di Bukit : Berbahagialah


Mat 5:1  Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
Mat 5:2  Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
Mat 5:3  "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat 5:4  Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Mat 5:5  Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Mat 5:6  Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Mat 5:7  Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Mat 5:8  Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Mat 5:9  Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Mat 5:10  Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mat 5:11  Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
The Pursuit of happyness adalah salah satu film yang menceritakan tentang seseorang pria yang berjuang keras untuk meraih kebahagiaan. Sempat mengalami pahit getirnya hidup akhirnya Chris Gardner menjadi jutawan dan seorang CEO ternama. Usaha atau niat dan perjuangannya untuk meraih impian adalah mewakili manusia di berbagai zaman untuk meraih sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya.

Secara natur, manusia ingin mengejar dan mendapatkan  kebahagiaan atau berkat. Banyak orang mencari kebahagiaan melalui makanan, minuman, atau melalui hiburan : film, musik, lawakan dan lain-lain. Ada lagi yang mencari kebahagiaan lewat pekerjaan, uang atau dengan melakukan kebajikan: bagi-bagi sedekah atau bagi uang. Di sisi lain orang Kristen juga berusaha mengejar yang namanya berkat. Berkat yang berkelimpahan atau kemakmuran menjadi suatu tujuan hidupnya. 

Dalam Matius 5 Yesus memperkenalkan tentang suatu konsep kebahagiaan atau berkat yang berbeda dengan yang dikejar oleh orang dunia. Berkat atau kebahagiaan  fisik itu hanya sementara dan rapuh sekali. Jika kita mencari kesenangan dalam makanan, banyak makanan enak bisa menjadi penyakit. Jika kita mencari kesenangan untuk tubuh kita, itu hanya sementara dan akan cepat memudar. Jika kita mencari kesenangan dengan uang, uang itu terbatas dan suatu saat akan habis. 

Perhatikan resep Tuhan untuk kebahagiaan. Yesus mengatakan "Berbahagialah", dalam bahasa Yunaninya makarios. Kata makarios berasal dari kata  makar yang artinya suatu kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi apapun.  Kebahagiaan atau berkat  yang Tuhan Yesus berikan adalah berkat yang berasal dari karakter yang sudah dewasa. Jadi Yesus mengatakan bahwa karakter yang sudah dewasa adalah orang yang berbahagia atau orang yang diberkati oleh Tuhan. Kebahagiaan atau berkat dari orang yang karakternya dewasa tidak akan mudah dipengaruhi oleh apapun juga. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang sifatnya sejati. Sayangnya ‘diberkati’ atau ‘berbahagia” direduksi maknanya dalam Kekristenan itu sendiri, memandang diberkati atau berbahagia itu adalah sehat, sejahtera dan melimpah kekayaan atau materi.

Berkat atau kebahagiaan yang Yesus tawarkan sifatnya paradoks atau berbeda dengan yang dicari orang-orang pada umumnya. Bahkan berbeda dengan kebajikan atau kebijaksanaan dunia yang mengutamakan kekuatan atau kekuasaan.  Tuhan Yesus berkata : Berbahagialah orang yang miskin, orang yang berdukacita atau menangis…” Ini menunjukkan bahwa berkat atau bahagia orang percaya itu sangat unik  karena menunjukkan suatu kualitas hidup yang berbeda. Kualitas hidup bukan hanya warga Kerajaan Allah tetapi juga menggambarkan kualitas hidup Sang Raja Di atas segala Raja. Jadi, Khotbah di Bukit berisi kualitas yang ekselen sebagai murid Kristus. Di saat yang sama Khotbah di Bukit menjadi upah atau reward dari Allah buat murid-murid Kristus. 

Jadi bagaimana menghasilkan karakter yang diberkati? Khotbah di Bukit sesungguhnya bukan menjadi tuntutan atau menjadi perintah bagi kita. Sifat atau kualitas itu seharusnya sudah otomatis atau secara spontan keluar dari kehidupan kita sehari-hari. Khotbah di Bukit bukan diperuntukkan bagi orang yang belum percaya tapi yang sudah percaya. Khotbah di Bukit ditujukan bagi murid Kristus. 

Jadi renungkanlah : Sudahkah sikap hidup kita sehari-hari sudah mencerminkan apa yang digambarkan dalam Khotbah di Bukit? Sudahkah kita menjadi orang yang miskin di hadapan Allah, berdukacita secara Ilahi, pembawa damai, menunjukkan kemurahan? Ataukah masih nggak jelas alias kabur? Sudahkah kita menjadi murid sejati Kristus?

Lalu mengapa mempelajari Khotbah di Bukit?

Ada lima alasan penting mempelajari Khotbah di Bukit.

Pertama, Menunjukkan kebutuhan akan adannya Kelahiran Baru
Khotbah di bukit menunjukkan bahwa kita tidak bisa menyenangkan Tuhan dengan usaha kita sendiri. Hanya mereka yang sudah mengambil bagian dalam natur ilahi (2 Pet. 1:4) yang bisa memahami kebahagiaan yang Yesus bicarakan. Dengan kata lain, unutk mengalami dan melakukan apa yang Yesus tuntut dalam Khotbah di Bukit membutuhkan kelahiran baru yang datang dari keselamatan di dalam Kristus.

Kedua, merefleksikan Pikiran Kristus.
Khotbah di Bukit adalah mrupakan refleksi pikiran Kristus yang sangat sederhana, sekaligus tajam dan memiliki makna yang dalam. Kalau kita ingi tahu bagaimana Kristus berpikir, maka kita perlu mempelajari Khotbah di Bukit.

Ketiga. Mengajarkan satu-satunya cara meraih kebahagiaan
Jika Anda ingin bahagia dan dipenuhi denghan Roh, jangan berusaha mencari cara melalui pengalaman mistik. Pelajari pengajaran Tuhan kita dalam Khotbah di Bukit dan praktekkan maka Anda akan bahagia.


Keempat. Menjadi Sarana Pekabaran Injil
Jika setiap orang Krieten menjalani sepeuhnya prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Khotbah di Bukit maka kita akan menarik orang-orang kepada Kristus. Ada kuasa dalam hidup yang telah ditransformasi.


Kelima, Menunjukkan cara untuk menyenangkan hati Tuhan
Orang Percaya adalah orang yang dikaruniakan hak istimewa. Hanya mereka yang bisa menyenangkan Tuhan karena mereka mengenal Putra-Nya. Dengan mempelajari Khotbah di bukit dan mengaplikasikan pesannya akan memampukan orang percaya untuk menyenangkan Tuhan. 

Soli Deo Gloria

Referensi :
The Sermon on the Mount (Daniel M Doriani) dan John MacArthur


Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

6 Post a Comment

  1. Sepertinya saya kurang setuju dgn pendapat admin di atas, Khotbah di Atas Bukit, bukan khotbah yg sering dikhotbahkan para pendeta-pendeta sekarang ini, Khotbah di atas bukit merupakan subtansi yg paling hakiki dari setiap permasalahan2/pergumulan2 yg dihadapi manusia, Yesus memakai pilihan kata2 dlm Khotbah di Atas Bukit dgn memakai kata2 sederhana yg mudah dipahami, mengingat audien pada waktu itu sebagian besar adl orang2 marginal, orang yg terpinggirkan, orang yg putus asa, orang yg penuh dgn penderitaan dan kepahitan2 hidup ( mungkin kalau skrg seperti tukang becak, gelandangan, pengemis, PSK dan profesi sejenisnya ). Khotbah di Atas bukit (pada waktu itu) bkn diperuntukkan utk sarjana2 theologi, birokrat2, ahli2 pikir, ahli2 hukum, ahli filsafat, tetapi utk diperuntukkan utk orang2 yg haus akan kasih allah, yg menyingkapi hidup yg berkenan pada Allah dengan apa adanya, termasuk pada kehidupan itu sendiri (maksud sy, mereka menyingkapi firman allah tdk dgn pemikiran yg tinggi2 atau muluk2, seperti yg ditafsirkan oleh sarjana2 theologi/pendeta seperti skrg)Bandingkan dgn khotbah2 Paulus: Yang memakai pilihan2 kata dan bahasa2 yang tinggi serta pedas, krn audien Paulus berbeda bkn seperti zamannya Yesus dulu. Audien Paulus kebanyakan terdiri dari ahli2 filsafat, ahli2 agama, ahli2 pikir dsb tentu saja Paulus memilih pilihan kata yg koheren dan mempunyai standar dgn disiplin ilmu dan latar belakang mereka waktu itu (krn Paulus sendiri berlatar belakang terpelajar)analoginya: pilihan kata yg diperuntukkan utk tukang becak jangan disamakan dengan yg S2. Kebanyakan para pendeta zaman skrg memakai pilihan2 kata yg tinggi serta pedas, padahal audiennya orang2 marginal, dan ini sungguh tdk benar dan tidak tepat pada sasaran.

    ReplyDelete
  2. Thanks buat komentarnya. Tidak setuju juga nggak apa-apa. Tapi kayaknya Anda sendiri memandang pendengar Tuhan Yesus hanya seputar golongan orang2 marginal atau sederhana. Pendengar Tuhan Yesus itu dari banyak kalangan bahkan ahli agama, orang kaya, terpelajar pun ada. :)

    O ya Paulus juga kerap kali memakai bahasa yang theologis tapi setelah itu dia tetap menjelaskan secara praktis dan gampang dimengerti. Lihat saja kitab Roma setelah dia memakai bahasa yang bisa dikatakan theologis tapi setelah itu dia menjelaskan secara praktis di bagian-bagian selanjutnya. O ya bukankah Yesus juga memakai bahasa yang pedas?

    ReplyDelete
  3. Yesus menekankan praktek hidup dalam menjalankan firmanNya

    ReplyDelete
  4. Syalom alaikhem..
    admin, thanks banget atas redaksi ini, semoga memberi inspirasi bagi setiap jiwa2 yang belum memahami Injil Kristus lebih mendalam..

    ReplyDelete
  5. Semoga kita menjadi orang-orang yg diberkati TUHAN Allah semesta alam sehingga mendapatkan keselamatan di dunia ini dan di akhirat nanti dimasukkan ke dalam Kerajaan Sorga ........ Amin - Puji Allah - Allah Maha Besar

    ReplyDelete