Yoko Dorsey – Gempa Dahsyat Di Kobe Mengubah Hidupnya
Yoko Dorsey wanita 60 tahun anggota Gereja Baptis di Jepang mengaku gempa dahsyat di Kobe 15 tahun yang lalu telah mengubah hidupnya...
(Gempa bumi hebat di Kobe terjadi tanggal 17 Januari 1995 mengguncang kota pelabuhan Kobe di selatan Jepang. Menurut kantor berita BBC, gempa berkekuatan 7,2 magnitude ini adalah yang terbesar di Jepang dalam 47 tahun terakhir. Total korban tewas akibat gempa tercatat 6.433 orang, 27.000 orang lainnya terluka, dan lebih dari 45.000 rumah hancur.)
Sewaktu gempa hebat itu melanda Kobe, Yoko kehilangan segalanya. Baginya gempa itu mendatangkan hikmah. Di Jepang, ia menjelaskan, orang bekerja untuk mengejar hal-hal yang sifatnya materi. Diri mereka didefinisikan oleh apa yang mereka miliki. Jadi ketika hal itu hilang, Anda kehilangan segalanya - kebanggaan dan nilai.
Anggota Gereja Baptis Tokyo itu mengatakan dia berpikir saat itu dia bisa bergantung pada dirinya sendiri, sama seperti yang banyak dirasakan orang Jepang hari ini.
"Saya belajar dalam gempa bumi di Kobe - saya belajar bahwa yang saya butuhkan adalah Tuhan . Saya belajar bahwa sesungguhnya saya tidak butuh hal-hal material. "Hati saya terbuka," kata Yoko. "Saya pikir Tuhan menyelamatkan saya waktu itu karena Ia ingin memakai saya sekarang."
Anggota Gereja Baptis Tokyo itu mengatakan dia berpikir saat itu dia bisa bergantung pada dirinya sendiri, sama seperti yang banyak dirasakan orang Jepang hari ini.
"Saya belajar dalam gempa bumi di Kobe - saya belajar bahwa yang saya butuhkan adalah Tuhan . Saya belajar bahwa sesungguhnya saya tidak butuh hal-hal material. "Hati saya terbuka," kata Yoko. "Saya pikir Tuhan menyelamatkan saya waktu itu karena Ia ingin memakai saya sekarang."
Yoko Dorsey adalah seorang ibu yang memiliki seorang anak perempuan dan banyak anggota keluarganya masih hilang. Dia mengungsi ke Tokyo.
Dia menjelaskan bahwa pemerintah Jepang akan melakukan segala sesuatu dan akan membangun kembali bangunan-bangunan hanya dalam jangka beberapa bulan, tetapi dia ingin melakukan hal yang lebih besar – memperkenalkan orang-orang pada Tuhan yang bisa membangun kembali hidup mereka.
“Saya memiliki Allah yang perkasa,” katanya,”Saya ingin orang-orang yang mengalami bencana ini mengenal Allahku yang kuat dan perkasa”.
Dorsey belum bisa melakukannya saat ini di zona bencana karena ancaman radiasi tetapi dia ingin melakukannya di Tokyo. Dan melakukan apa yang bisa dia lakukan. Dari gerejanya hanya beberapa mil jaraknya dengan kuil Shinto, dia berdoa buat negaranya.
Dari kabar terakhir yang saya (Penulis blog) lihat di Facebooknya, Yoko ternyata kembali ke Fukushima (di fotonya sambil mengenakan masker) untuk membantu orang-orang di sana. Semangatnya untuk melayani Tuhan sangatlah luar biasa,
Gary Fujino, seorang hamba Tuhan mengatakan bahwa bangsa Jepang butuh diguncangkan agar orang bisa menyadari kebutuhan akan Allah. Jepang terkenal mempunyai sikap yang positif dan gigih dalam menghadapi bencana. Sikap yang sebenarnya baik tetapi membuat mereka terlalu mempercayai diri sendiri.
"Mereka benar-benar percaya bahwa dalam diri mereka, mereka memiliki apa yang mereka butuhkan, yang membuatnya sangat sulit untuk menerima Injil" kata Fujino. "Apa yang kita butuhkan adalah agar orang dapat terguncang dan menyadari bahwa Anda perlu sesuatu di luar diri Anda sendiri -. yaitu Allah"
Mudah-mudahan doa dan harapan Yoko dan Fujino terwujud, melalui bencana ini orang akan menyadari kebutuhan mereka akan Tuhan mencari Tuhan yang sesungguhnya mereka butuhkan dalam hidup.
Soli Deo Gloria
Amin. Semoga melalui gempa di Kobe bisa membuat injil makin tersebar. Segala sesuatu adalah di bawah kedaulatan-Nya dan bagi kemuliaan-Nya.
ReplyDeleteAmen, Amen...Kita percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu termasuk yang dialami mereka saat ini...Thanks buat koment pertamanya, Selvia :) GBY
ReplyDelete