The Masker 2: Buka Dulu Maskermu (ka)

Kisah tentang topeng dan pahlawan-pahlawan bertopeng sangat kesohor dan menginspirasi pembuat film Hollywood untuk memfilmkannya. Mulai dari Zorro, Mission Impossible sampai the Mask sangat dikenal dan menjadi box office. Masker muka ini dipakai sang jagoan untuk menyembunyikan identitas karena sang pahlawan tidak mau menonjolkan dirinya. Selain itu masker juga dipakai sebagai aksesoris yang merupakan cirikhas dari sang superhero.
Kalau pahlawan bertopeng itu patut dibanggakan karena kepiawaiannya dan kelihaiannya dalam beraksi dan memberantas kejahatan serta menolong sesama. Mereka menjadi penyelamat dan pahlawan dengan sikapnya yang bak ksatria modern tampil memukau dan bahkan menjadi idola. Tapi ada satu masker yang justru menjadi hal yang tidak patut dibanggakan dan justru memalukan. Masker apakah itu? Masker masker kebohongan alias kemunafikan.
Masker ini memang tidak berwarna, sangat transparan, praktis dan bahkan menempel di wajah. Tinggal disetting sesuai keperluan. Dan jangan tanya, keampuhannya sangat terbukti. Masker kebohongan ini bisa mengelabui siapa saja. Manusia kerap mengenakan masker bahkan multi masker ini untuk mengelabui orang lain.
Masker ini apabila pemakainya memiliki skill yang tinggi maka dia bisa menjadi Master dalam hal tipu menipu, bohong-membohongi. Keahlian manusia dalam hal ini sebenarnya nggak kebetulan. Manusia lahir dengan tendensi ke arah ini. Menurut penelitian, salah satu kenakalan paling dini dilakukan anak adalah berbohong. Anak bayi dengan ekspresinya bisa menipu. Jadi jangan termakan dengan ungkapan bahwa bayi itu suci tidak berdosa. Malah, bayi dari kecil bisa mengecoh orang tuanya. Jadi manusia dalan urusan tipu-menipu memang udah bawaannya.
Mungkin ada pernah bingung atau bertanya-tanya juga. Orang yang anda jumpai sebelumnya, seseorang yang begitu ramah dan baik ternyata tidak sebaik casing atau tampilannya. Orang yang kita sangka baik hati, ramah, suka menolong dan rajin menabung :) ternyata ringan tangan dan kejam terhadap keluarganya. Ada orang yang kelihatannya murah senyum dan sabar tetapi kalau di hadapan karyawannya bikin karyawannya jadi tersenyum kecut dan takut, jantung terus berdebar karena orangnya bisa main pecat kalau seleranya tidak terpenuhi.
Saya pernah membaca curhat seorang ibu di kolom Psikologi di harian ibu kota. Suaminya begitu baik dan ramah kalau di kantor tetapi kalau pulang suka marah-marah dan main pukul serta main banting. Tetapi kalau sama pembantunya bisa ngomong dengan mesra. (Weks, jangan-jangan kena pelet nih). Ada lagi seorang ibu yang suaminya demen dengan situs facebook, yang di-add perempuan semuanya bahkan dengan penampilan yang muda, cantik dan seksi. Kata-kata yang dipakai mesra pula tetapi kalau sama istri, ngomong mesra aja nggak pernah.
Dalam ungkapan sehari-hari muncul ekspresi seperti ini,”wah dia berkepribadian ganda,” “dia nggak bisa dipercaya,” “dia penipu ulung”, “lidahnya bercabang dua”, “Dia seperti ular”, (Ular apa ya, kan banyak jenisnya...) dan sebutan-sebutan lainnya. Ungkapan itu muncul sebagai ekspresi mengenai manusia yang bertopeng atau manusia bermasker kebohongan yang telah berhasil mengelabui korbannya.
Kasus penipuan mulai dari skala kecil dan skala besar juga sehari-harinya menghiasi media kita. Memakai masker kebohongan itu tidak selamanya menjamin operasi menipu itu akan berjalan mulus. Suatu saat pasti akan terbongkar juga. Di manca negara, kasus krisis financial di Amerika yang salah satunya berefek besar adalah ulah si Madoff. Madoff dengan lihainya menarik kepercayaan para investor yang menyimpan uang tidak hanya di Amerika tetapi juga sampai di Eropa. Tetapi akhirnya terkuak juga masker alias kedoknya yang sebenarnya. Dia ternyata penipu ulung. Di Indonesia, ada yang mengaku anggota densus anti terror 88 tapi menjambret hp. Toh akhirnya terkuak juga.
Memakai masker kebohonagn mungkin untuk sementara akan menguntungkan tetapi suatu saat pasti akan ketahuan juga dan aib besar menanti. Penggunaan masker ini terus-menerus sekali lagi hanya akan membuat kita semakain akrab dengan dusta dan kebohongan. Makin sering kita pakai maka masker itu akan semakin erat menempel dan susah untuk dilepaskan.
Memakai masker kemunafikan sebenarnya semakin menempelkan aib di depan muka kita. Bagaimanapun, orang lebih menghargai ketulusan dan kejujuran. Semakin sering kita berpura-pura maka akan semakin banyak masker kebohongan itu kita pakai untuk menutupi kepura-puraan kita. Dan Tuhan sesungguhnya benci dengan kemunafikan, yang terekpresi dari masker wajah kita yang suka berubah-ubah. Apalagi di hadapan Tuhan, saat beribadah, masker yang kita kenakan adalah masker malaikat tetapi saat selesai ibadah dan kembali ke dunia kita, masker yang nampak dari muka kita adalah masker setan. Tadinya muka kita nampak soleh dan alim saat berjumpa dengan pendeta atau Pak Ustad tetapi saat kita seorang diri atau jalan-jalan, muka kita berubah menjadi muka lalim dan siap untuk beraksi di dunia kejahatan. Barangkali kita juga mengenakan masker kerohanian untuk membenarkan cara-cara kita yang sesungguhnya licik dan penuh tipu daya untuk meperdayai orang lain. Memanfaatkan masker keagamaan untuk membenarkan cara-cara kita yang sebenarnya bertentangan dengan kehendak dan keinginan Tuhan.
Masker seperti ini harus dilepaskan. Berhadapan dengan Tuhan kita perlu menanggalkan segala topeng-topeng, segala macam masker kemunafikan dan kebohongan. Tidak cukup menanggalkan tapi membuang jauh-jauh sehingga dengan ketulusan dan keikhlasan kita layak di hadapan Tuhan. Sehingga saat sang Khalik memandang kita, Dia akan tersenyum, kita dilihatnya apa adanya, tanpa dibalut kepurapuraan dan kemunafikan, tanpa dibalut topeng kebohongan. Wajah seperti inilah yang diinginkan Tuhan dari kita yaitu tanpa masker apapun saat kita berjumpa dengan-Nya muka dengan muka suatu saat nanti. Amin.
Duh, keren banget tulisannya......
ReplyDeleteTentunya untuk mengingatkan kita supaya lebih tulus di hadapan Tuhan..
menanggalkan segala kemunafikan dan kesombongan di hadapan-Nya..
apa adanya di hadapan Tuhan seperti anak kecil...
anyway, Tuhan selalu mencintai kita dengan segala keterbatasan yang ada :)
Tiap orang rasanya punya masker2 tertentu yg ia tampilkan di momen2 tertentu. Hanya di depan Tuhan lah kita benar2 tampil apa adanya
ReplyDelete@Retrira : Thanks udah ngasih komment pertama. Walaupun kita udah gonta-ganti masker, Tuhan tetap mengasihi dan Dia selalu menunggu kita untuk datang dengan dengan pengakuan dan kepolosan hati di hadapan-Nya. Dia pasti pengen kita untuk hidup murni dan tulus, benar seperti anak kecil yang polos. :)
ReplyDelete@Fanda : Iya sih, kita bahkan udah lihai menggunakannya dan mampu mengelabui orang, tapi ama Tuhan kita nggak mungkin mengelabui-Nya. dia tahu semua kedok alias masker yang kita pakai...dan Dia tahu apa siapa diri kita sebenarnya :)
yap..betul om. memang terkadang kita terlalu sibuk untuk tampil berbeda di hadapan orang lain, mending kalo tujuannnya baik agar bisa menjaga image, tapi kalo yang ada hanyalah untuk menutupi kebusukan kita buat apa kita memakai masker seperti ini? takut kali yee jadi pake masker he he. Good Job om..Thanks
ReplyDeleteAku tertarik dengan ungkapan yang kamu pake, 'masker image'...wah banyak juga tuh yang make ama yang buat menutupi kebusukan, tapi toh cepet atau lambat baunya akan kecium juga,...wah dalem...dalem...Nice :) Thanks ya Zevian
ReplyDeletekayanya tiap org pake topeng deh
ReplyDeletegmn dnk
KEREN SOB POSTINGNYA.....
ReplyDeleteTulisan ini mengena...
ReplyDeleteSetuju, di hadapan Tuhan kita patut melepaskan topeng. Tak ada yang perlu ditutup-tutupi :)
topeng memang harus dikenakan, juga harus dilepaskan...
ReplyDelete